YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Senin, 29 September 2014

Camp Nou, I'm Coming!

Ini adalah hari keduaku sebagai pelancong. Di sini aku berdiri, tepat di depan Camp Nou stadium, Barcelona. Menawarkan atribut kesebelasan El-Barca kepada mereka yang lewat. Beberapa syal dan sarung tangan sudah laku terjual. Sisanya tinggal beberapa. Tujuanku berdagang adalah agar dapat membeli satu lembar tiket masuk pertandingan Barcelona melawan Real Madrid yang akan dimulai beberapa jam lagi. Uangku tidak cukup akibat hilang sebagian di taksi tadi, jadi aku memutuskan untuk menjual beberapa atribut yang kubawa dari Indonesia.

Selama berjualan, ada lelaki tua yang terus mengganggu pikiranku. Dia sedang berbaring di sebuah bangku kayu di bawah pohon rindang dengan posisi badan menghadap ke kanan membelakangiku. Kakinya ditekuk, tangannya saling menyilang satu sama lain seperti sedang menahan dinginnya udara. Aku sempat menebak dia seorang pengemis. Tampak dari pakaiannya yang lusuh dan tak karuan.

Waktu terus berlalu. Berkali-kali aku menggosok kedua tangan dan meniupnya. Udara di sini sangat dingin. Mulutku mengeluarkan asap setiap kali bicara. Kulihat jam yang menempel di lengan kiri. Waktu tinggal beberapa puluh menit lagi menuju kick off dan uangku masih belum cukup untuk membeli satu lembar tiket. Aku sangat cemas dan kebingungan. Tidak tahu apalagi yang harus kulakukan. Ke sana ke mari atribut sudah kutawarkan, tapi tak ada seorang pun yang ingin membelinya lagi. Sepertinya daganganku tidak akan habis. Mungkin memang sudah takdir aku tidak dapat menyaksikan pertandingan ini langsung dari dalam.

Dengan wajah muram, aku berjalan menuju bangku tempat si lelaki tua itu berbaring, untuk menenangkan pikiran sejenak. Melewati taman yang sebelumnya ramai oleh para supporter, sekarang sudah sepi seperti kota yang hendak mati. Hatiku sangat sedih. Ingin rasanya menangis dan berteriak kencang. Dia adalah klub favoritku, sudah seharusnya aku berada di dalam.

Ketika aku duduk di sebelahnya. Tiba-tiba dia berkata “ham...briento” berulang-ulang dengan aksen spanyolnya yang berarti lapar. Suaranya serak, basah dan lemah.

“Ya?” alisku mengernyit. Memandangi dia yang sedang menggigil kedinginan

Dia terus mengucapkan kata lapar berulang-ulang. Ketika kulihat, wajahnya sangat pucat. Badannya kaku kedinginan. Dengan cepat aku segera mengeluarkan dagangan mulai dari kupluk, syal, sarung tangan, dan langsung memakaikannya. Matanya tertutup lemah. Kantungnya yang besar pun seakan tak mampu membukanya.

“ham...briento” dia terus mengucapkan kata itu.

Untungnya aku memiliki uang hasil dagang tadi. Tanpa pikir panjang, aku segera membeli dua buah hotdog dan air. Kondisinya cukup lemah. Tangannya tak berhenti bergetar selama ia melahap hotdognya.

Tak lama kemudian ketika aku sedang menemani lelaki tua ini makan, seorang gadis muda berambut cokelat dan berbadan tinggi layaknya model datang menghampiriku dan menyapa. Dia menatapku penuh wibawa dari balik pupilnya yang cokelat sedikit kehitaman. Dia bertanya apa aku berjualan hanya untuk memberi makan lelaki tua ini? Aku menceritakan semuanya dari awal sampai akhir tentang tujuanku yang sebenarnya. Dia menyimak dengan serius, mengerti, dan terharu. Ternyata dia memperhatikanku selama berjualan di sekitar stadion sembari menunggu temannya yang datang. Dengan kerendahan hati dia mengajakku nonton pertandingan di dalam. Dia memiliki dua lembar tiket, satu untuknya dan satu lagi untuk temannya. Karena temannya mendadak tidak bisa datang, jadi dia mengajakku.


“Mengapa tidak? Aku Barcelonita sama sepertimu” Dia menaikkan jaket putihnya, menunjukkan jersey kesebelasan El-Barca yang dikenakannya. Senyumnya yang lepas melukiskan sebuah kebahagiaan dan persahabatan yang erat. Ternyata dia Barcelonita sama sepertiku. Tidak ada maksud lain selain membuktikan solidaritas sesama fans. Hatinya tersentuh ketika dia mendengar ceritaku tentang berdagang lalu berujung memberi makan lelaki tua ini. Aku sangat senang sekali. Apa ini berkah di balik sebuah kebaikan? Entahlah. Yang jelas sekarang aku sangat senang.


Bogor, 29 September 2014
Mohammed Bagus Dwianto a.k.a King Adot