YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Senin, 29 September 2014

Camp Nou, I'm Coming!

Ini adalah hari keduaku sebagai pelancong. Di sini aku berdiri, tepat di depan Camp Nou stadium, Barcelona. Menawarkan atribut kesebelasan El-Barca kepada mereka yang lewat. Beberapa syal dan sarung tangan sudah laku terjual. Sisanya tinggal beberapa. Tujuanku berdagang adalah agar dapat membeli satu lembar tiket masuk pertandingan Barcelona melawan Real Madrid yang akan dimulai beberapa jam lagi. Uangku tidak cukup akibat hilang sebagian di taksi tadi, jadi aku memutuskan untuk menjual beberapa atribut yang kubawa dari Indonesia.

Selama berjualan, ada lelaki tua yang terus mengganggu pikiranku. Dia sedang berbaring di sebuah bangku kayu di bawah pohon rindang dengan posisi badan menghadap ke kanan membelakangiku. Kakinya ditekuk, tangannya saling menyilang satu sama lain seperti sedang menahan dinginnya udara. Aku sempat menebak dia seorang pengemis. Tampak dari pakaiannya yang lusuh dan tak karuan.

Waktu terus berlalu. Berkali-kali aku menggosok kedua tangan dan meniupnya. Udara di sini sangat dingin. Mulutku mengeluarkan asap setiap kali bicara. Kulihat jam yang menempel di lengan kiri. Waktu tinggal beberapa puluh menit lagi menuju kick off dan uangku masih belum cukup untuk membeli satu lembar tiket. Aku sangat cemas dan kebingungan. Tidak tahu apalagi yang harus kulakukan. Ke sana ke mari atribut sudah kutawarkan, tapi tak ada seorang pun yang ingin membelinya lagi. Sepertinya daganganku tidak akan habis. Mungkin memang sudah takdir aku tidak dapat menyaksikan pertandingan ini langsung dari dalam.

Dengan wajah muram, aku berjalan menuju bangku tempat si lelaki tua itu berbaring, untuk menenangkan pikiran sejenak. Melewati taman yang sebelumnya ramai oleh para supporter, sekarang sudah sepi seperti kota yang hendak mati. Hatiku sangat sedih. Ingin rasanya menangis dan berteriak kencang. Dia adalah klub favoritku, sudah seharusnya aku berada di dalam.

Ketika aku duduk di sebelahnya. Tiba-tiba dia berkata “ham...briento” berulang-ulang dengan aksen spanyolnya yang berarti lapar. Suaranya serak, basah dan lemah.

“Ya?” alisku mengernyit. Memandangi dia yang sedang menggigil kedinginan

Dia terus mengucapkan kata lapar berulang-ulang. Ketika kulihat, wajahnya sangat pucat. Badannya kaku kedinginan. Dengan cepat aku segera mengeluarkan dagangan mulai dari kupluk, syal, sarung tangan, dan langsung memakaikannya. Matanya tertutup lemah. Kantungnya yang besar pun seakan tak mampu membukanya.

“ham...briento” dia terus mengucapkan kata itu.

Untungnya aku memiliki uang hasil dagang tadi. Tanpa pikir panjang, aku segera membeli dua buah hotdog dan air. Kondisinya cukup lemah. Tangannya tak berhenti bergetar selama ia melahap hotdognya.

Tak lama kemudian ketika aku sedang menemani lelaki tua ini makan, seorang gadis muda berambut cokelat dan berbadan tinggi layaknya model datang menghampiriku dan menyapa. Dia menatapku penuh wibawa dari balik pupilnya yang cokelat sedikit kehitaman. Dia bertanya apa aku berjualan hanya untuk memberi makan lelaki tua ini? Aku menceritakan semuanya dari awal sampai akhir tentang tujuanku yang sebenarnya. Dia menyimak dengan serius, mengerti, dan terharu. Ternyata dia memperhatikanku selama berjualan di sekitar stadion sembari menunggu temannya yang datang. Dengan kerendahan hati dia mengajakku nonton pertandingan di dalam. Dia memiliki dua lembar tiket, satu untuknya dan satu lagi untuk temannya. Karena temannya mendadak tidak bisa datang, jadi dia mengajakku.


“Mengapa tidak? Aku Barcelonita sama sepertimu” Dia menaikkan jaket putihnya, menunjukkan jersey kesebelasan El-Barca yang dikenakannya. Senyumnya yang lepas melukiskan sebuah kebahagiaan dan persahabatan yang erat. Ternyata dia Barcelonita sama sepertiku. Tidak ada maksud lain selain membuktikan solidaritas sesama fans. Hatinya tersentuh ketika dia mendengar ceritaku tentang berdagang lalu berujung memberi makan lelaki tua ini. Aku sangat senang sekali. Apa ini berkah di balik sebuah kebaikan? Entahlah. Yang jelas sekarang aku sangat senang.


Bogor, 29 September 2014
Mohammed Bagus Dwianto a.k.a King Adot

Selasa, 17 Juni 2014

Shella

Kalian pernah gak suka sama cowok atau cewek yang umurnya jauh di bawah kalian? Gua pernah dan sekarang lagi ngalamin. Semuanya berawal waktu gua ngekos di daerah Tusam, Semarang. Kosan gua tuh nyatu sama rumahnya bapak kos, dengan posisi kamar menghadap kiri membelakangi rumahnya. Nah, kebetulan di sebelah kiri rumah Pak Sarengat (bapak kos) itu rumah adik istrinya. Mereka sudah berkeluarga dan punya dua anak. Anak pertama namanya Shella, yang kedua Howard. 

Pintu kamar gua tepat banget di depan jendela kamarnya Shella. Makanya, setiap gua lewat, mata gua suka melirik maling ke jendela itu. Sayangnya, gua cuma bisa lihat doi dari jam 5 sore sampai 10 malam, semua karena jam terbang kita yang beda. Abis isya, kalau gua lewat, doi pasti lagi belajar. Doi giat banget, belajar dari isya sampai jam 10 atau gak setengah 11. Habis itu tidur.

Shella itu cantik. Awal gua lihat, gua tau ini bocah adalah bibit. Doi baru kelas 2 smp. Kalau mau gua kategorikan lagi sih dia itu lebih tepatnya ayu. Wajahnya khas jawa banget. Tapi sedikit ada campuran Medan.

Kalau dilihat dari bodinya, perfect. Tinggi, dadanya bagus, pantatnya berisi, gak gemuk gak kurus, rambutnya hitam lurus. Pokoknya pas. Yaaa buat ukuran umur segitu bisa dibilang perfect lah. 

Doi pemalu. Gua sering banget kalau sore atau gak malem nongkrong sambil ngopi di teras rumahnya Pak Sarengat. Shella sering mundar-mandir. Kalau sikonnya bagus suka gua tanya. Jawabnya gitu, malu-malu. Pernah waktu itu pas hujan deres, gua lagi ngopi di teras sama Alip dan Pak Sarengat. Tiba-tiba Shella nongol. Doi pakek kaos tipis warna biru dan celana pendek hitam di atas lutut. Tangan kirinya megang payung, tangan kanannya megang piring isinya jagung rebus. Gua yang lagi asyik ngobrol, kaget. Doi cantik banget. Bawa-bawa jagung lalu naruh di atas meja tempat gua kumpul. Gua bayangin Shella adalah istri gua yang suguhin makanan ke tamu. Sungguh luar biasa. Ditambah lirikannya ke arah gua, duuuuuuh mood booster banget. Itu momen yang gak pernah gua lupain sampai sekarang. Selama gua kenal, waktu itulah doi menurut gua paling cantik. Walaupun tiap hari doi memang cantik, tapi menurut gua waktu itu yang paling cantik.

Berbagai akal sudah gua susun buat cari tau nama lengkap doi. Tapi gak pernah kelaksana. Gua pengen tau nama Facebook-nya. Yaaa gak ada tujuan lain selain cuma pengen mandangin foto-fotonya. Nama Facebook kan biasanya nama lengkap.

Gua yakin Shella itu gak alay. Gua yakin nama Facebook-nya adalah nama lengkap dia. Pernah waktu itu Alip bilang "ngapain lu nyari tau nama aslinya? Siapa tau ada angka-angkanya". Gua yakin 100% doi bukan cewek alay. Terus langsung gua punya niat mau modus pinjam bukunya (LKS, paket, atau gak buku tulis). Gua kan anak Sastra Indo, yaaa speak-speak ajah mau pinjam buku Bahasa Indonesianya buat materi kuliah. Tapi gak pernah kelaksana. Gak tau gua juga kenapa. Serasa gak tepat ajah gitu momennya. Kalau tanya langsung gua takut. Bukan takut sama Shellanya, tapi sama bapak/ibu nya, Pak Sarengat, atau gak istri Pak Sarengat. Kan malu kalau mereka tau gua nanya nama lengkap Shella siapa. Takut mereka mikir yang enggak-enggak terhadap gua. Style gua kan serem, sudah kayak preman. Gua juga takut Shellanya jadi takut. Diajak ngobrol ajah gitu malu-malu. Kalau lewat juga kepalanya selalu nunduk dan jalannya cepet. Kayak yang ketakutan.

Beberapa bulan kemudian gua sudah gak kos di sana lagi. Sedih banget rasanya harus ninggalin Shella, yang tiap harinya biasa lihat doi, sekarang malah gak bisa. Tapi di sana masih ada temen gua, Bintang dan Panon. Jadi, kalau gua lagi kangen sama Shella ya tinggal main ajah ke Tusam. Speak-speak mampir ke kosan mereka, padahal tujuan utamanya pengen lihat Shella. Makanya waktu itu Panon dan Bintang gua suruh jangan pindah. Soalnya kalau mereka pindah, nanti gua gak bisa lihat Shella lagi. "Tang, Non, jangan pindahlaaaah pliiiiiis! Entar kalau lu semua pindah gua gak bisa nemuin Shella lagi. Masa iya entar gua speak-speak mau silaturahmi ke Pak Sarengat. Kan lucu."

Doi itu mood booster gua. Gua kalau lagi capek, lagi bete, jenuh, ya sore tinggal main ajah ke Tusam. Soalnya kalau sore, doi pasti lagi main sama teman-temannya di depan rumah. Gua suka speak-speak duduk di teras sambil merokok. Padahal, sambil lirik-lirik maling ke arahnya. 

Kadang juga gua suka bayangin yang enggak-enggak. Kayak misalnya kasih bunga, es krim, cokelat atau apalah gitu lewat jendela kamarnya. Yaaa kayak di film-film gitu. Manggilnya pakai batu-batu kerikil kecil yang dilempar ke kaca jendela.

"psstt.. psstt!!! Shella! Shella!" Panggil gua desis.

"ada apa, mas?" Tanya shella heran.

"Ini ada bunga sama es krim buat kamu. Gak sengaja tadi lihat tukang bunga pas otw pulang, jadi keinget kamu. Ini ada es krim juga, kan kamu suka es krim. Spesial buat kamu rasa cokelat"

"Aduuuh mas, Makasih yah." ucap Shella malu-malu senang.

"Iya sama-sama hihihi. Lagi belajar yah? Yaudah, lanjutin deh, takut nanti ada yang lihat."

Lucu banget kan kalau itu semua nyata. Gua itu pengkhayal yang hebat. Kata temen gua sih gua itu spesialis ngayal yang jorok-jorok alias otak bokep. Itu semua bohong, cuma mitos.

Pernah juga gua ngayal gini nih, kemarin kan SBMPTN 2014, coba andaikan gua tesnya di smp doi. Gua kan gak tau smp doi di mana, jadi gua bisa modus ngajak Shella nemenin survei ke sekolahnya pas H-1. Modus yang masuk akal juga kan? Dan kemungkinan besar dia pasti mau nemenin. Habis survey otomatis gak pulang dulu. Namanya juga anak smp, pasti seneng kan diajak makan di McD. Gak peduli duit tinggal berapa, yang jelas gua bisa nge-date sama Shellla wkwkwkwk.

Gua juga cerita tentang Shella ke tante gua. Hadeeeuh.... namanya juga cewek, gak bisa mendem sendiri kalau ada gosip. Bokap gua, kakak gua, om gua, tante gua yang lainnya, sampai ke nenek gua juga jadi tau kalau gua suka sama si Shella.

"Kelas berapa, dot? 2 smp yah? Berarti beda enam tahun, yah? Yaaa bisa lah kalau cuma beda segitu mah. Dia kristen? yaaa itu juga bisa dikondisikan."

Apa coba maksud bokap bilang kayak gitu. Sudah kayak yang mau kawin tau gak. Ini nih, tante gua penyakitnya. Keluarga gua semuanya jadi tau si Shella. Sampai sepupu gua si Hafidz yang baru TK pernah ngecengin gua "Cieeeee mas Adot Shella nih cieeee." wkwkwkwk koplak banget kan ckckck.

Segitu dulu aja yah cerita tentang Shellanya. Yang jelas, gua ada rasa sama doi. Gua gak mau deketin dia sekarang. Dia masih kecil. Gua gak mau merusak masa remajanya. Nanti gua sudah mikir ke mana, doi malah masih di mana, kan gak akan sinkron. Gua bakal tunggu kalau dia sudah kelas 3 SMA. Insyaallah kalau memungkinkan bakal gua pepet.

Sekarang jam 12.02 malam. Gua yakin doi lagi tidur menghadap sebelah kanan ke arah tembok sambil meluk guling. Hafal banget kan gua wkwk. 

Tidur yang nyenyak yah, Shell. Mimpi indah mmmmmuah :*


Semarang, 17 Juni 2014
Mohammed Bagus Dwianto a.k.a King Adot

Senin, 16 Juni 2014

Aku Bisa


Cerpen ini diangkat dari kisah nyata yang sudah dikembangkan oleh penulis. Kisah seorang pengayuh becak yang berhasil mendidik anaknya menjadi wisudawan terbaik di universitasnya.


"Pak, ayo, Rani sudah siap" ucap Rani kepada bapaknya yang tengah mempersiapkan diri di depan cermin. 

Hari ini adalah hari wisudanya Rani. Ia adalah seorang mahasiswi fakultas ekonomi dan bisnis di universitas favorit di Semarang. Ia lahir di keluarga kurang mampu. Bapaknya adalah seorang pengayuh roda tiga.

Beliau seorang yang giat. Setiap hari sehabis ibadah solat subuh, ia langsung pergi ke pasar. Pekerjaannya sebagai jasa transportasi itu ia lakukan sampai matahari tenggelam. Semuanya tidak lain dan tidak bukan hanya untuk mempertahankan hidup dan menafkahi anaknya, Rani, agar tetap bisa kuliah. Dia sangat berharap anaknya dapat lulus dan langsung bekerja.

Beliau adalah seorang yang taat dalam beragama. Setiap pagi, di sela pekerjaannya, ia selalu menyempatkan diri untuk menunaikan ibadah solat dhuha. Malamnya, di tengah-tengah mimpinya, ia selalu bangun untuk menunaikan ibadah solat tahajud. Puasa sunah senin-kamis pun tak pernah ia tinggalkan. Di dunia ini, yang mengatur adalah Allah SWT. Ia percaya, segiat apapun kita melakukan suatu perkerjaan tapi tidak diimbangi dengan kewajiban sebagai umat beragama, pekerjaan itu akan sia-sia, tidak akan berkah.

Untuk Rani sendiri, ia adalah seorang wanita rajin, rajin belajar dan beribadah. Sehabis pulang kuliah ia selalu menghabiskan waktu di rumah, tak lain hanya untuk membedah kembali pelajaran yang sudah ia dapatkan. Malamnya, ia selalu dibangunkan bapaknya agar menunaikan ibadah solat tahajud. Paginya pun, di sela pergantian mata kuliah, ia selalu menyempatkan diri untuk menunaikan ibadah solat dhuha. Dia selalu ingat pesan bapaknya "jangan pernah kita selalu menyibukkan diri mengurus dunia sehingga kita melupakan kewajiban sebagai hamba Allah". 

Ia adalah seorang yang pintar. Untuk masuk kuliah pun itu semua karena beasiswa yang diraihnya. Sejak awal kuliah di semester pertama sampai semester akhir, IP-nya selalu di atas 3,5. Sungguh prestasi yang luar biasa. Itu semua ia dapat dengan penuh kerja keras. Di otaknya, hanya belajar, belajar, dan belajar. Ia tidak mau menjadi orang bodoh, ia tidak mau hidupnya ditindas oleh serakahnya dunia.

Ia memiliki banyak mimpi. Mimpi yang sangat utama bagi dia adalah memiliki rumah besar. Ia selalu membayangkan dirinya tinggal bersama bapak di rumah besar itu. 

Di pikirannya tidak ada sosok lain selain bapak. Ia sangat menyayangi bapak. Bapaknyalah yang menjadi motivasi belajar selama ini. Wajah bapak yang sedang bekerja keras mencari nafkah selalu terbayang. Ia tidak mau mengecewakannya. Ia akan membuktikan bahwa suatu saat akan menjadi anak yang sukses, dan membuktikan pula bahwa ia punya bapak yang sangat hebat, dengan keterbatasan biaya tapi dapat menyekolahkan anaknya hingga wisuda.


****


"Ran, kenapa sih kamu gak mau naik angkot? Atau pakek mobil yang pak Sabeni tawarin?" tanya bapak yang sedang mengayuh becaknya menuju aula di kampus Rani.

Hari ini Rani sangat cantik. Tubuhnya dibalut dengan kebaya berwarna hijau dan cokelat. Rambutnya ditata rapi dibalut toga. Bapak yang berada di belakangnya tampak memakai batik cokelat, celana bahan berwarna hitam, sepatu pantovel kusam, dan peci haji putih lusuh yang ia pakai di kepalanya.

"maaf yah, pak, jadi bikin bapak capek. Rani tuh pengen nunjukkin bahwa kita sebagai rakyat kecil berhak untuk kuliah dan menjadi seorang pemenang." jawab Rani sambil menoleh ke belakang ke arah bapaknya.

"terus, apa hubungannya sama kamu yang pengen diantar pakek becak?" tanya bapak heran.

"Rani juga mau nunjukkin kalau Rani punya bapak yang hebat. Walaupun bapak hanya sebagai tukang becak, tapi bisa menyekolahkan anaknya sampai lulus dan dapat status cumlaude." 

Bapak tersenyum, terharu mendengar perkataan dari anaknya itu. Ia tidak menyangka memiliki anak sepintar dan sebaik Rani. Ia tidak bisa berkata. Di dalam hatinya, dia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk anaknya itu.


****


"Rani! itu Rani, aaaaaahhhh..." teriak teman-teman Rani yang lebih dahulu sampai.

"Hai pak. Apa kabar?" sapa salah satu teman pria Rani kepada bapak.

"Ayo, Ran, kita masuk! acaranya mau dimulai. Mari pak".

Perasaan Rani hari ini sangat senang. Ia disambut oleh teman-temannya dengan riang gembira. Ia duduk di tengah-tengah ramainya mahasiswa. Bapak duduk di bangku khusus untuk para orang tua wali. Ia sangat senang dan bangga melihat anaknya. Ia tidak menyangka bisa sampai disini. Di tempat di mana anaknya akan mendapatkan gelar sebagai sarjana ekonomi. Ini adalah prestasi yang sangat hebat. Perjuangannya selama ini tidak sia-sia. Keringatnya terbayar habis dengan semua ini.

"Bapaaaaaak..." sapa Rani kepada bapak yang duduk jauh di atasnya. Bapak membalas lambaiannya dan tersenyum hangat penuh bangga. Baginya, bapak adalah pria tertampan yang berada di aula ini. Dia lebih dari sekedar pahlawan. Ia sangat bangga kepada bapak.


****


Acara sudah sampai pada puncaknya. Terlihat Rani yang sedang mengantri bersama teman-temannya untuk diwisuda. Jantungnya berdebar dan tegang, tapi itu semua bercampur dengan senang dan bangga. Ketika ia selesai diwisuda, ia langsung melambaikan tangan ke arah bapak lagi. Ia melambai dengan riang, dengan segulung kertas yang ia pegang di tangan kirinya. Ia langsung menghampiri bapak, memeluknya erat-erat. Air mata tak dapat ditahan, keluar begitu saja. 

"Makasih paaaak makasih sudah mendidik, sudah menjaga Rani sampai saat ini. Rani gak akan ngelupain kebaikan bapak...." ucap Rani terisak-isak.

"Iya, Rani..... sama-sama. Bapak bangga sama kamu. Selamat yah" matanya berlinang dan sesekali menarik keras udara ke dalam hidung yang berisi penuh dengan ingus.

Pelukan itu sangat hangat. Pelukan dari seorang ayah yang sangat menyayangi anaknya.

"ya, untuk acara yang terakhir. Langsung saja kita panggil saudari Rani sebagai mahasiswi dengan nilai terbaik tahun ini. Wuuuw tepuk tangan! Untuk Rani waktu dan tempat kami persilahkan." ucap MC yang berada di atas panggung.

Rani terkejut, dia tidak tahu kalau dialah yang mendapat nilai terbaik tahun ini. Perasaannya campur aduk. Dia tidak percaya dengan semua ini, apa ini semua hanya mimpi? Seisi aula berdiri dan bertepuk tangan riang mengawal Rani yang berjalan menuju ke atas panggung.

Ini adalah suatu prestasi. Dengan biaya dan hidup yang pas-pasan itu tidak membuatnya putus asa. Dia tetap semangat, dia sadar akan tanggung jawab. Dia tidak ingin mengecewakan bapak yang setiap hari membanting tulang hanya untuk membiayainya. Ia ingin membalas semua usaha bapak. Hanya bapak yang ia punya. Hanya bapak yang ia sayang. "Terimakasih bapak. Jasamu tak akan kulupakan"


Semarang, 16 Juni 2014
Mohammed Bagus Dwianto a.k.a King Adot

Kamis, 29 Mei 2014

Keluarga Adalah Segalanya

Ayah. Ayah adalah sosok yang sangat gua hormati. Gua gak berani ngomong keras, lancang, atau selengean. Gua gak berani ngebantah perintahnya. Gua gak pernah bohong sama beliau. Gua selalu patuh, selalu.

Beliau baik. Semenjak gua kecil sampai besar kayak sekarang, apapun yang gua pinta selalu beliau kabulin. Tapi, di setiap pemberiannya, beliau selalu menyelipkan sebuah perintah.

"oke, ayah beliin. Tapi inget! Harus rajin jamaah di masjid!", perintah beliau waktu gua rewel pengen mobil remote control. Umur gua waktu itu sekitar 10 tahun. Gua senang banget. Karena dibanding teman lainnya, mobil gua yang paling besar dan bagus. 

Setelah beberapa minggu ke depan, gua mulai lalai. Sampai-sampai gua lupa sama janji. Beliau langsung ngebuang ke sungai di belakang rumah. Gua nangis kencang banget. Air mata jatuh bercucuran. Badan gua lemas. Betapa kejamnya beliau sampai ngebuang ke sungai. Mobil itu baru beberapa minggu gua milikin.

Di permintaan selanjutnya gua selalu memenuhi janji. Sedikit demi sedikit, berdasarkan pengalaman, gua sudah mulai ngerti ayah itu kayak gimana. Di umur gua yang kecil, beliau gak pernah nuntut apapun. Cuma itu! jamaah di masjid. Oh, ada satu lagi. Beliau selalu mengajarkan tentang tanggung jawab. Tanggung jawab dalam hal apapun. Kalau gua ada masalah, beliau gak pernah turun tangan. Beliau selalu minta supaya gua nyelesain sendiri.

Terimakasih, ayah. Caramu sukses. Sampai sekarang, gua gak pernah ninggalin solat dan sadar akan tanggung jawab. Gua selalu ingat wajahnya kalau sampai berani ninggalin. Karena di Islam, bukan orang tua yang rajin ibadah yang bakal membawa kita ke surga, tapi anaklah yang menjadi patokan. Orang tua yang rajin tapi anaknya enggak, hal kayak gitu yang bakal nyeret mereka ke neraka. Sebaliknya, orang tuanya enggak, tapi anaknya rajin. Insyaallah yang kayak gitu yang bakal membawa mereka ke surga. Terimakasih ayah. Terimakasih buat semuanya."

****

Ibu. Ibu adalah sosok yang sangat tegas dan galak. Pernah dulu, lutut gua disetrika. Gua persilahkan kalau kalian pengen lihat. Bekasnya masih ada. Bulat dan hitam. Walaupun dia kejam, tapi sebetulnya dia baik. Gua mengakui itu. Bagi gua, itu bukan sebuah penyiksaan, tapi sebuah peringatan. Karena setelah dia nyetrika, dia langsung mengingatkan tentang hal baik dan buruk. Apa yang harus gua lakuin dan apa yang seharusnya dijauhin. Kata-katanya selalu benar. Perlakuannya bisa dipertanggungjawabkan (gak asal-asalan). Tapi, cuma itu pelajaran yang gua ingat, karena Allah terlalu cepat ngambil dia. Gua sedih, amat sedih. Gua belum pernah ngerasain gimana rasanya punya Ibu. Karena waktu itu umur gua 9 tahun. Gua belum ngerti apa-apa. Sampai sekarang, cuma doa yang bisa gua kasih di akhir solat. "Adot sayang Ibu. Adot kangen."

****

Indah. Indah itu kakak gua. Semua keluarga termasuk gua manggil dia mbak Ayi. Usianya 6 tahun di atas gua. Dia satu-satunya saudara kandung yang gua punya. Badannya kecil. "Biasanya, orang kecil kayak gue gini pada imut", katanya. 

Dia sosok yang baik. Gua kompak sama dia (sekarang). Dulu waktu gua duduk di bangku SMP, dia pernah bilang "belajar dulu, baru boleh main!". Pas SMA, "kalau lu pacaran, gak akan gua kasih duit!". Sekarang (sudah kuliah) "cari pacar orang Semarang, Dot".

Walaupun dia bawel dan sering ngatur, tapi gua tetap sayang. Sayaaaang banget :) Love you, Sis <3

**** 

Emak (Ibu dari ayah). Emak adalah nenek yang saaaaangat gua cinta. Umurnya sudah tua. Kulitnya sudah keriput, tapi gigi dan ingatannya masih bagus. Buat emak, gua gak bisa bilang apa-apa. Kebaikannya gak bisa diungkapin sama kata-kata. Gua bingung harus mulai dari mana. Dia baik banget, banget, banget, banget.

Kalau jadwal makan hari ini adalah ayam, dia selalu nyembunyiin pahanya di tempat rahasia yang dia punya. Tujuannya, supaya gak ada siapapun yang ngambil. Karena dia tahu, paha adalah bagian favorit gua. Pas gua pulang, dia manggil dengan nada desis "dot, makan! nih ada paha" Sambil nyodorin paha ayam di depan gua. Lucu yah. Terus pernah bilang gini juga, "Adot, kalau di kos harus sering-sering makan ayam yah, jangan telur terus entar netes. Emak suka kepikiran kalau lagi makan ayam, masa Adot enggak". So sweat yah.  Terus, waktu gua sakit, dia yang paling rewel maksa gua supaya cek ke rumah sakit. Walaupun sakit gua ringan. 

Emak punya satu pesan yang amat sakral buat gua, "Dot, kalau emak meninggal, jangan lupa solat hadiah yah habis maghrib. Karena malam pertama tuh malam yang paling serem". Itu pesan yang gak akan pernah gua lupain. Dia selalu mikirin mati. Dia selalu bilang kalau umurnya gak akan lama lagi. Waktu gua mau merantau ke Semarang, gua berbisik "Mak, adot gak akan lupa sama amanah emak". Gua nangis waktu itu. Serius gua sedih banget. Badannya yang kecil dan lembek gua peluk erat. Gua takut dia nutup usianya pas gua lagi di Semarang. Gua takut gak bisa nemenin di akhir usianya. Gua selalu berdoa, "ya, Allah, panjangkanlah umur emak. Sehatkanlah badannya. Adot belum siap jika engkau mengambilnya. Adot masih ingin dengannya, ya Allah."

Akhir kata. Buat emak, "doa gua gak akan putus."

Buat Allah, "jika engkau mencari saksi atas kebaikan emak, tanyalah aku! Jika nanti engkau menjerumuskannya ke neraka, sungguh aku akan kecewa, sungguh kecewa."

****

Gua gak bisa nyebutin satu-persatu dari mereka. Mereka banyak dan semuanya baik. Gua senang dilahirkan di keluarga sederhana ini. Gua senang menjadi bagian dari mereka. 

Mereka adalah satu-satunya harta gua yang paling berharga. Tapi, pernahkah kalian membayangkan, betapa sedihnya satu-persatu mereka pergi ditelan usia?


Semarang, 29 Mei 2014
Bagus Dwianto a.k.a King Adot



Jumat, 02 Mei 2014

Curhat Seorang Jomblo

Gais, gua mau curhat, mengenai kejombloan gua. Malu siiiiih, tapi gua pengen lu tau semua, dan siapapun yang baca ini, tolong kasih saran, tolong yah hahahahaha (sedih, tapi sok tegar). 

Lu tau gak kenapa sampai saat ini gua masih jomblo? Padahal, di kampus cewek-ceweknya pada cakep loh, banyak yang unyu, tapi sedikitpun gak ada keberanian dari gua buat ngedeketin. Bukan karena gua malu, bukan. Bukan juga karena gua takut, bukan. Lu harus tau, gua ini lahir di keluarga sederhana, gak kaya, gak miskin, pas-pasan. Gua yang sekarang mahasiswa, buat diri gua sendiri pun kadang masih suka kurang, apalagi kalau gua punya pacar, mau gua jajanin apa pacar gua? Itu alesan gua kenapa gak berani ngedeketin cewek. Pernah gua curhat ke salah satu temen gua tentang ini, dia bilang "yaelah dot, emang pacaran harus pakek duit? wajarlah, lu kan masih kuliah belum gawe, kalau lu udah gawe trus masih gak punya duit, itu baru keterlaluan. Gak apa-apa dot, siapa tau dia nerima lu apa adanya." iya sih, enak kalau dia nerima gua apa adanya. Tapi, kalau dia gak kuat, kan malu juga di gua nya. "ajak cewek lu susah bareng dot. Bukan yang dapet lu dalam keadaan kaya. Biar lu punya cerita, dan lu tau kesetiaan dia, ada di kala lu susah dan bahagia."

Sebisa mungkin gua gak mau mikirin cewek. Tapi, godaan selalu aja muncul. Gua pengen ngejar cita-cita dulu, gua pengen fokus belajar, pengen fokus ngeraih impian. Gua takut kalau punya cewek yang ada malah ngeganggu. Alhamdulillah kalau dia ngedukung, coba kalau enggak, ya bisa hancur. Tapi di lain sisi, kalau gua ngejar sukses dulu dan kebetulan hari itu gua udah sukses dan ada cewek yang suka sama gua, gua takut dia matre, suka karena kesuksesan gua dan harta gua. Emang betul juga sih apa yang dikatain temen gua, "mending cari sekarang, ajak susah dari sekarang, berjuang bareng dia."

Gimana?

Selasa, 29 April 2014

Kamar Mandi

Kos gua tuh tiga lantai. Kamar gua di lantai tiga (kamar mandi luar). Di lantai tiga, kamar mandi luarnya ada tiga. Awal gua datang, gua biasa mandi di situ, di pintu pertama. Tapi asal lu tau yah ternyata ada penghuni yang jorok. Pernah suatu saat gua mau mandi, buset bau pesing banget. Gua yakin nih orang kencing pasti gak disiram. Sempat kesal juga, ya tapi gak apa-apalah selama masih pertama mah.

Hari kedua pas gua mau mandi, bau lagi. Buset nih orang, sumpah, disimpan di mana yah otaknya, jorok banget, gak punya jiwa sosial, gak mikir kalau dia tuh hidup bersosialisasi, enggak sendirian, benar-benar gak dewasa. 

Hari ketiga, sama, sampai hari keempat pun kejadian masih keulang. Sampai-sampai di hari kelima gua mergokin tai yang lagi ngambang. Anjir!!! jijik banget. Entah apa yang ada dipikiran nih orang bisa-bisanya ngelakuin kayak gini. Mending yah kalau cuma ngambang doang, mungkin sudah disiram tapi gak lama kemudian tuh tai keluar lagi. Ini mah kayaknya sama sekali gak disiram. Soalnya di pinggir-pinggirnya ada bercak-bercak. Gua kesal banget di situ, darah gua naik! Masalahnya ini bukan kejadian yang pertama. Gua wajarin kalau cuma sekali dua kali, tapi ini sudah beberapa kali dan gak bisa dibiarkan. Gua jalan ke kamar, ambil kertas dan spidol. Gua tulis "EH BANGSAT ANJING SETAN, PUNYA OTAK GAK LU BOKER AMPE GAK DISIRAM? INGET MAS KITA HIDUP BERSOSIALISASI! SINI LU KALO BERANI GUA DI KAMAR 40!!!!"

40 itu kamar gua. Gua tunggu gak ada yang nyamperin. Gua tunggu sampai hari-hari berikutnya pun tetap gak ada yang ngedatengin kamar gua. Pengecut emang. Benci gua sama orang-orang kayak gitu, gak punya nyali dan otak.

Tapi, semenjak kejadian itu, kamar mandi gak pernah kotor lagi, gak pernah bau lagi. Alhamdulillaaaaah ternyata beliau sudah sadar. Malah sebaliknya, sekarang kamar mandi mengkilat, kayaknya sih sering disikat. Sesuatu yah hahaha. Tapi tetap, sampai sekarang gua gak pernah mandi di situ lagi, gua biasa mandi di kamar mandi lantai dua. Trauma!

Minggu, 27 April 2014

Ivana

Maaf yah postingan gua kali ini agak jorok. Ikutin ceritanya sampai selesai, gua yakin kalian pasti pengen bilang "FUCK!!!".

Malam ini, Minggu, 27 April 2014 gua on di fb. Di bagian chat, gua lihat Ivana Pisan lagi on, dia orang baru di kontak gua dan sama sekali belum pernah gua buka profilnya. Pas gua buka, buset cuy foto-fotonya, seksi semua, toketnya buseeeeeeet gede banget, ditambah statusnya jorok-jorok semua. Gua penasaran banget, dia tuh siapa. Akhirnya gua putusin buat nge-chat. Ya sekedar iseng-iseng saja, daripada gak ada kerjaan.

"Hai" kata pertama gua.

"Hai juga, lagi apa nih?" buset belum apa-apa sudah main tanya ajah. Beda banget kayak cewek-cewek pada umumnya.

"lagi iseng ajah ngotak-ngatik laptop. Btw belum sempet kenalan, boleh kenalan?"

"boleh banget. Tinggal dimana sayang? kamu pinter komputer ya pastinya?" anjiiiiiir belum apa-apa sudah manggil sayang. Pikiran gua langsung melayang, entah mikir inilah mikir itulah, semua tentang nih cewek. Bukan mikir ngeresnya yah, ini lagi mikir latar belakangnya. Masalahnya kenal saja belum, sudah manggil sayang-sayang. Misteri banget kan.

"enggak, biasa ajah, malah bisa dibilang amatir. Gua orang Bogor, lu orang Bogor juga kan?

"aaah suka merendah si kasep mah. Ya, aku orang Bogor, deket jambu dua, kamu di mana?"

"gua di mancur, jambu dua belah mananya? deket dong berarti"

"deket ya. Kamu ada pin?"

"ada"

Senang banget kan, belum apa-apa sudah minta pin.

tidit-tidit, bb gua bunyi, gua lihat nama 'Vir' ingin berteman dengan anda yah kalau gak salah, ya apalah gitu yang jelas invite dia sudah masuk.

"ini Ivana, yah?" tanya gua setelah di-ping.

"haiii, iya. Kamu tinggal di mancur sayang?

"hahaha kok namanya Vir sih? iya di mancur, kenapa, van?" lanjutan obrolan yang tadi.

Gua tunggu kan yah, tapi kok gak deliv-deliv. Pending kayaknya. Lima menit berlalu, tapi belum deliv juga. Wah kacau nih jaringan.

Tidung!!! Ada pesan masuk dari fb "ganteng, bbm ke kamu ceklis" kata dia di seberang sana.

Gua cek kan yah, gua kira cuma pending doang, tapi pas gua cek pulsa, ternyata pulsa gua tinggal 1400. Amsyoooooooong sumpah bego banget dah gua, malu. Gua tuh sekali ngisi pulsa yang gocapan, kurang lebih buat sebulan cukup, jarang banget ngecek-ngecek, makanya kayak gini tiba-tiba sudah habis tanpa sepengatahuan. Bisa-bisanya yah habisnya pas mau kenalan sama cewek. Apes banget.

Awalnya sih gua mau bohong ke si Ivana, cari-cari alasan penyebab chatnya gak deliv. Malu kalau harus jujur, masa cuman gara-gara pulsa habis, kan gak lucu. Tapi, ah bodo amat, jujur lebih baik.

"astaghfirullah jarang ngecek pulsa, pas dilihat barusan ternyata tinggal 1400. Maaf yah van, besok gua beli, sekarang di sini dulu aja yah ngobrolnya, gak apa-apa kan?" bujuk gua was-was antara malu campur harap-harap cemas semoga dia gak ilfeel.

"hehe.. gak apa-apa sayang. Mancurnya di mana kamu?" bales dia lembut.

Huft...... lega banget. Gua kira dia bakal ilfeel, ternyata dia nerima, alhamdulillah. Cewek santai nih kayaknya, kalem. Coba kalau cewek matre, dia pasti sudah bilang 'idih kere banget sih nih cowok, masa baru kenal sudah ada gangguan, masalah pulsa habis lagi, malu-maluin banget.' Tapi enggak bagi Ivana, dia malah nerima hehe.

"lebak pilar van, tau gak? tapi gua sekarang lagi di Semarang, kuliah di sini"

"iya, tau. Bawah taman peranginan kan? pulang ke Bogor kapan?" dia tanya kapan gua balik ke Bogor, apalagi kalau bukan karena dia pengen ketemu gua, so pastiiiiii haha. Makin semangat dah nih chatan.

"bukaaan, kalau yang di bawah taman peranginan itu kampung rambutan. Tau bengkel Honda yang di mancur gak?"

"oooh iya-iya tau" jawab doi semangat.

"naaaah, di sebelah bengkel kan ada gang, Rumah gua masuk ke gang itu. Punya temen gak di lebak pilar?"

"gak punya. Kamu temen pertama aku di daerah itu, sekaligus cinta pertama aku" buset sudah main gombal-menggombal saja nih cewek. Badaaaai. Gua gak bisa ngomong apa-apa, cuma bisa nyengir-nyengir sambil mikir nih cewek modusnya apa. Makin penasaran gua.

"wah kok bisa jadi cinta pertama?" pura-pura bego.

"atuh biarin hahaha"

huft... kirain bakal jawab apa gitu, ini mah cuma jawab BIARIN. Padahal gua sudah pura-pura bego. Siapa tau dia jawab 'abis kamu ganteng sih, aku suka' kan jadi sedikit senang gitu di gua nya hahaaaaaaaiiiii.... 

"kamu di Semarang kuliah dimana?"

"di Undip, Van"

"waaah pinter kamu, mudah-mudahan lancar yah kuliahnya"

"amin, ah enggak, Van, biasa ajah, gak pinter kok"

"ah kamu suka ngerendah gitu. Semester berapa? jurusan apa?"

"semester dua, Van. Bahasa dan Sastra Indo"

"ooh mau jadi sastrawan dong kamu?

"yaa begitulah"

"hmm susah gak sih belajar sastra Indo?

"kalo menurut gua sih susah di bahasanya. Gak gampang belajar bahasa Indo itu."

"kamu suka baca karya sastra? Novel?" Tanya Ivana.

"suka"

"aduuuh aku tuh suka banget sama cowok yang suka baca" wah entah ini modus atau memang benaran yah. 

"kok bisa suka? kenapa?"

"cowok yang suka baca itu seksi di mata aku. Pinter. Matanya berisi."

Berisi apa yah? belek? haha.

"lu suka baca juga?"

"iya, aku juga suka baca, apalagi novel." jawab Ivana

"novel apa, Van? itu bener foto-foto lu semua?" Tanya gua tentang foto-fotonya di FB.

Baru banget gua kirim dia langsung ngebales "ganteng, maap yah aku mau keluar dulu sebentar. Kamu jangan tidur dulu, entar kita lanjut ngobrolnya."

Yah, sedih banget, langsung gua tanya kan lama gak keluarnya, tapi dia malah keburu off. Huft. Tapi gua senang sama kata-kata 'entar kita lanjut lagi ngobrolnya' yaaa bagaimanapun juga berarti kan gua masih bisa ngobrol sama doi. Tapi gua gak tau sampai kapan dia bakal nongol lagi.

15 menit berlalu. Ada pesan masuk di fb, tidung-tidung!!!! asiiiiiik ini pasti Ivana. Dengan sigap gua langsung menghampiri laptop.

"seminggu ini baru ajah aku tamat baca dua novel, karangan Remy Sylado dan As Laksana. Bagus-bagus kata aku mah"

Gua bingung, nih orang keluarnya sudah atau belum, tapi kalau kata gua sih sudah. Habisnya muncul-muncul langsung lanjut percakapan yang tadi, bukannya bilang dulu 'hai, udah beres nih keluarnya' atau apa gitu. Ini mah langsung muncul tiba-tiba, kan membingungkan.

"udah keluarnya, Van?" tanya gua.

"belum, kan belum kamu keluarin punya kamu juga. Keluarnya bareng dong hehehe"

anjrit!!! anjrit!!! situasi mulai memanas. Detak jantung gua jadi kencang.

"hahahaha Ivanaaaa Ivana haha" gua cuma bisa bales gitu doang, jriiiiiiiit. Gua mati gaya. Bodo ah, atuh mau gimana lagi, gua bingung, stay cool saja pura-pura dingin, padahal mah hareudang.

"Eh, gua nanya, itu bener foto-foto lu?" tanya gua ulang sembari membelokkan topik.

"jujur, bukan foto aku. Tapi, kalau statusku itu bener"

Apa???? biasa aja sih, dari awal gua memang sudah curiga. Pasti ada yang janggal dari nih cewek. Coba lu perhatikan, foto dia di DP cakep, lucu, toketnya gede. Terus, status-statusnya itu loh yang super duper cabul. Tapi kok masa sih dia gak malu? dari awal gua sudah sedikit ragu, nih foto benar gak yah, 80% insting gua bilang palsu, ternyata benar.

"jadi itu semua foto orang lain?" tanya gua polos.

"temen-temen kalo tanya pasti aku jawab jujur. Iya aku ambil di google dan bukan aku aja kok yang pakek foto itu. Salah sendiri dia juga jual diri di google, dia kan model filipina."

"kenapa gak pakek foto sendiri atuh?"

gua coba pancing, gua pengen dia jujur, gua tau nih cewek pasti jelek. Maka dari itu dia malu buat nunjukin rupa aslinya. Apa ada tanduknya? ingusan? item? kucel? atau apalah semacam alay-alay gitu.

"malu, takut kamu gak mau berteman sama aku lagi kalau aku pasang foto asli duluan"

tuh kan dia malu. Yakin gua mah 100% kalau dia tuh jelek.

"aku pasang foto itu biar laki-laki mau ngobrol dulu sama aku. Itu ajah"

"kenapa kayak gitu, Van? emang ada yang salah kalau lu pasang foto diri lu sendiri?" gua pancing terus.

"ganteng, aku tuh sukanya ciumin, ngisepin, jilatin barang cowok. Punya kamu yang di dalem cd."

Gak sinkron banget jawaban sama pertanyaannya. Gua nanya emang ada yang salah kalau kamu pasang foto diri kamu sendiri? dia malah jawab ciumin, ngisepin, jilatin barang cowok. Innalillahiiiii masyaallaaaah dunia emang sudah gila hahaha. Makin bingung dah gua. Gua diemin, gak gua bales, ya habis gua bingung mau balas apaan, to the point banget dia tuh.

Gak lama, sekitar dua menitan dia ngirim pesan lagi.

"tapi......"

"tapi apa?" tanya gua serius.

"sebenernya aku bukan cewek. Maafin"

krik..... krik..... krik..... suara jangkrik mendalami postur muka gua yang seketika diam, molohok kalau kata sunda mah. Disusul cengiran tanpa suara. Nyengir-nyengir nyesal campur kesal, betapa begonya gua. Gua pukul kepala gua, menghina diri sendiri.

"LU COWOK?" tanya gua lemas.

"cowok mah kamu, aku perasaanya cewek, sukanya sama kontol cowok"

masih bisa melucu juga nih bocah, sumpah yah mulai dari sini nih gua jadi jijik. Jadi gak mood lagi buat melanjutkan obrolan, ilfeel banget gua sumpah.

"Oh, SHIT!!! FUCKING SHIT!!!" balas gua sok sok kesal pakai bahasa Inggris.

"tuh kan, aku udah seneng banget punya temen baru yang suka sastra, kita bisa jadi temen baik, gak harus sex kan?

"gua tanya sekali lagi, lu bener cowok? tanya gua mastiin.

"iya, tapi beda sama kamu"

"iya gua ngerti." jawab gua lemas.

"biar aku cowok, tapi fungsi sex aku cewek. Aku suka banget pantat aku dimasukin kontol cowok, itu ajah. Aku mau ketemu kamu kalau kamu ke Bogor, kita bisa ngobrol tentang dunia sastra dan tulis-menulis, aku mau belajar dari kamu, aku di kost punya banyak novel, kamu punya blog yah? aku salut sama kamu, pinter nulis juga."

Di situ gak gua balas lagi. Sumpah sudah gak ada mood. Modus banget sok-sokan punya banyak novel di kos. Entar kalau gua datang bisa ditelanjangin dah gua.

Tanpa pikir panjang chat gua tutup dan langsung off. Sudah malas banget, sudah gak ada semangat.

Besoknya pas gua on lagi, ada dua pesan yang belum dibaca. Gua buka. Disitu tertulis

Aku tidur yah sayang
Sleep well....

Sabtu, 26 April 2014

The Cuckoo's Calling


Ketika seorang supermodel jatuh dari ketinggian balkon di London yang bersalju, polisi menetapkan bahwa ini kasus bunuh diri. Namun, kakak korban meragukan keputusan itu, dan menghubungi sang detektif partikelir, Cormoran Strike, untuk menyelidikinya.

Strike seorang veteran perang yang memiliki luka fisik dan luka batin. Hidupnya sedang kisruh. Kasus ini memberinya kelonggaran dalam hal keuangan, tapi menuntut imbalan pribadi yang mahal: semakin jauh dia terbenam dalam kasus ini, semakin kelam kenyataan yang ditemuinya-dan semakin besar bahaya yang mengancam nyawanya.

Kisah misteri yang mencekam dan anggun, mengelana di antara atmosfer London yang pekat-dari jalanan Mayfair yang mewah dan sunyi, ke bar-bar yang suram di East End, hingga ke keriuhan Soho. The Cuckoo's Calling adalah kisah misteri yang menawan.

Memperkenalkan Cormoran Strike, inilah novel kriminal pertama J.K Rowling, menggunakan nama alias Robert Galbraith.

Sesekali, muncul seorang detektif partikelir yang langsung merenggut imajinasi pembaca... [Galbraith] memiliki sentuhan ajaib dalam menggambarkan London dan memperkenalkan jagoan barunya.

Minggu, 20 April 2014

The Casual Vacancy


NOVEL BESAR TENTANG SEBUAH KOTA KECIL ...

KETIKA BARRY FAIRBROTHER meninggal di usianya yang baru awal empat puluhan, penduduk Kota Pagford sangat terkejut.

Dari luar, Pagford terlihat seperti kota kecil yang damai khas Inggris, dengan alun-alun, jalanan berbatu, dan biara kuno. Tetapi, di balik wajah nan indah itu, tersembunyi perang yang berkecamuk.

Si kaya melawan si miskin, remaja melawan orang tua, istri melawan suami, guru melawan murid ... Pagford tak seindah yang terlihat dari luar.

Dan kursi kosong yang ditinggalkan Barry di jajaran Dewan Kota menjadi pemicu perang terdahsyat yang pernah terjadi di kota kecil itu. Siapakah yang akan menang dalam pemilihan anggota dewan yang dikotori oleh nafsu, penipuan, dan pengungkapan rahasia-rahasia tak terduga ini?

Novel besar tentang sebuah kota kecil, THE CASUAL VACANCY adalah novel pertama J.K. Rowling untuk pembaca dewasa. Karya seorang pendongeng yang tiada duanya.

Love you so much, tante J.K ...
With love : Bagus Dwianto

Senin, 14 April 2014

"Hai, lagi apa nih? aku sih lagi ol"

"kamu udah makan? kalau aku sih udah"

"eh, gimana tadi kuliahnya? menarik? aku sih lumayan"

"rumah kamu dimana? aku sih di Bogor"

"oh iya, makanan favorit kamu apa? kalau aku sih suka yang berbau susu kentel, keju, dan cokelat. Kayak martabak, pisang keju, dan sejenisnya".

"kamu suka warna apa? kalau aku sih suka hitam. Merah juga boleh"

"Besok, tukangnya mau datang kesini. Gak apa-apa kan yah kamu aku cat".

Minggu, 13 April 2014

Mengejar dirimu takkan ada habisnya
membuat diriku menggila
bila hati ini menjatuhkan pilihan
apapun akan kulewati

hari ini sayang sangat penting bagiku
kau jawaban yang aku cari
kisah hari ini kan ku bagi denganmu
dengarlah sayang kali ini, permintaanku padamu..

dan dengarlah sayangku, aku mohon kau menikah denganku
dan hiduplah denganku, berbagi kisah hidup berdua

cincin ini sayang terukirkan namamu
begitu juga dihatiku..
hujan warna-warni kata orang tak mungkin
namun itu, mungkin bagiku.

sebuah tanda, cintaku....

Kamis, 06 Maret 2014

Who is She

Nongkrong di bawah pohon sekaligus lihat cewek lalu-lalang di sekitar kampus memang salah satu kegiatan yang asyik. Lihat saja kerjaan si Jack, Bintang, Panon, Nopal, Taul, and the genk, setelah bubar kelas selalu nongkrong alias ngeceng di sana. Nyiul-nyiulin cewek yang lewat, godain, atau ngajak kenalan.


haaaaai, mau ke mana nih ?” goda Taul ke salah satu cewek yang lewat. “buru-buru banget”.


“mau ketemu cowok gue! mau ikut ?”

“modar!!!!” Anak-anak serentak ketawa.

Tidak masalah, santai saja, sudah biasa. Lagipula mereka semua tidak serius kok. Niat mereka itu hanya menggoda. Tidak peduli si cewek suka atau tidak. Suka alhamdulillah, tidak juga bukan masalah. Hanya melempar sebuah siul pun itu sudah cukup bikin hati mereka seneng. Biasa, namanya juga cowok. Tidak asyik ah kalau ada cewek cakep masa cuek saja. Lagian kan cewek tidak suka dicuekin.

Sementara mereka lagi asyik memantau, seketika perasaan si Jack berubah. Dia merasakan sesuatu di belakangnya. Kalau dicium dari wanginya, ini pasti cewek. Jack segera menoleh waspada sedikit demi sedikit. Memalingkan matanya tepat kearah si cewek. Mulanya Jack melihat dia biasa saja, tidak ada yang spesial. Tapi, lama-kelamaan kalau dilihat lebih teliti ternyata unyu juga. Rambutnya item panjang bergelombang, kulitnya cokelat manis, nah ini nih yang bikin si Jack tersepona, eh, terpesona maksudnya. Matanya. Matanya bulet, ­unyu-unyu gimanaaaaa gitu. Ditambah alisnya, tebal-tebal lancip gimanaaa gitu hihihi. Duh pokoknya greget. Melihat semuanya, Mata Jack langsung melotot. Mulutnya sedikit monyong kayak lagi siul, terpesona ngelihatin keunyuan si cewek. Kelihatannnya sih doi lagi nunggu seseorang. Kelihatan dari gerak-geriknya yang melihat ke sana ke mari memperhatikan sekitar. Yah, namanya juga Jack, tidak bisa melihat cewek cakep. Ini pasti rezeki nih. Tidak bisa dibiarkan. Harus disegerakan, kalau tidak bisa nyesel.

Dengan perasaan agak was-was si Jack mulai mendekati si cewek. Menggeser pantatnya sedikit demi sedikit. Kepalanya nengok ke sana ke mari memperhatikan sekelilingnya, takut ada yang lihat.

“haaai, maaf yaaaah pasti sudah lama nunggu” sapa temennya yang tiba-tiba datang.

"astaghfirullah, eh.. eh.." Jack kaget mendengar suara teman si cewek yang tiba-tiba nongol dari belakang. Jantungnya hampir copot. Bulu kuduknya langsung berdiri.

“nggak kok. Baru banget kita duduk. Yuk!” si cewek langsung berdiri dari tempat duduknya.

“anjrit, telat selangkah” Gunyam Jack mendadak keki.

“heh, kenapa lu?” tegur bintang bingung.

“eh, Tang. Gak apa-apa, Tang hehe” jawab Jack bohong.

Jack kembali memperhatikan si cewek. Badannya tidak terlalu tinggi atau pendek, pokoknya pas, yaaaa kisaran 160-an lah. Pantatnya juga seksi berisi. Boleh juga. Tak masalah tidak jadi kenalan sekarang, mudah-mudahan besok atau kapan bisa lihat dia lagi, toh si Jack kan satu fakultas sama tuh cewek. Selaaaaaaw....


****


Keesokan harinya.

Jack terbangun dari tidurnya. Dengan lengan masih dalam kondisi lemas, doi meraih handphone yang tergeletak di sebelahnya. Pandangannya tajam kearah jam. “OUWH, SHIT” sudah pukul 07.40. Jack langsung lompat refleks dari tempat tidurnya, lari terbirit-birit menuju kamar mandi di luar kamar kos. Sampai-sampai iia lupa bawa handuk. Jack ingat kalau hari ini doi harus ngampus tepat pukul 08.00 pagi.

“Ndraaaaaaaaaaa..... Indraaaaaaaaaaa ambilin handuk gue dong di kamar! sori ndraaa gue lupaaaa!!!!” teriak Jack dari kamar mandi ke arah kamar Indra, tetangga kosnya.

“senang kali kau ini ngerjain orang. Nih!” jawab indra keki.

“hehe thanks yah sobat. Masih mending gue suruh ambilin handuk. Daripada gue suruh ambilin tali pocong di kuburan sebelah”.

“mukak kau!!!!”

Jack bergegas kembali menuju kamarnya setelah selesai mandi yang pakai jurus salprat katanya. Ada yang tau jurus salprat? Salprat itu asal ciprat, itu loh temannya mandi bebek. Cuman, ini agak kerenan (pakak jurus). Yaaa walaupun sama saja, sama-sama jorok, tapi lumayan keren dikitlah. Mandi dengan metode ini dilakukan keadaan genting. Butuh pelatihan khusus, tidak sembarang orang bisa melakukan ini. Lihat si Jack, walaupun mandinya ngasal, tapi tetap kece kan. Itulah manfaat dari pelatihannya. Kalau tidak latihan dulu, wah bisa kucel tuh muka. Ya tapi semua kembali pada nasib sih. Kalau sudah jelek yasudah jelek, susah itu.



Fix dengan polo hitam, celana jeans biru laut, dan sepatu converse all-star kesayangannya, Jack langsung tancap gas motornya menuju kampus. Ngebut. Tak peduli ada kobangan air yang ia hantam.

“woy, baju baru nih!!!!” teriak cowok yang kena cipratan.

“iya, bang tau, baru kena cipratan, kan? ” balas Jack cengengesan.

Tepat pukul 08.15 Jack sampai di kampus. Melihat suasana kampus sepi banget. Pasti anak-anak sudah dikelasnya masing-masing.

“wah, bakal gak diijinin masuk nih gue. Mudah-mudahan dosennya belum datang ya Allah. Mana kelasnya di lantai tiga lagi. Duuuh apes banget dah gue”.

Disusurinya halaman kampus dengan lari-lari kecil, melewati pintu utama menuju anak tangga. Ketika hendak naik, tiba-tiba si cewek unyu yang kemarin, muncul dari balik tangga di atasnya. Dengan santai si cewek nurunin anak tangga. Jack kaget. Terpaku ke arahnya. Langkahnya melambat. Tapi si cewek tidak membalas pandangan si Jack. Doi tetap asyik ngobrol dengan temannya. Jack berhenti sejenak, terus memandangi si cewek yang perlahan melewatinya. “waaaaaw luthu banget ya Allaaaah” Hatinya berdebar, berbunga, senyum-senyum sendiri muji si cewek. Gue harus kenalan nih.

Bushhh..... Niatnya langsung kepotong pas dia ingat dengan kelas yang sedang ia kejar.

"aaaaarrgh kampret! gimana yah?" bodo ah!" Jack langsung lari ke atas ke lantai tiga. 

Hari kedua gagal lagi, dikarenakan waktu yang mepet. Mungkin hari selanjutnya bisa. Seloooow, satu Fakultas.


****


Seminggu kemudian.

Selama seminggu terakhir ini si Jack terus mikirin cewek unyu itu. Mukanya kebayang terus. Tidak peduli lagi naik motor, makan, atau lagi buang air sekalipun wajahnya tetap kebayang. Setiap hari sehabis bubar kelas, Jack selalu duduk di halaman kampus, berharap si cewek bakal lewat lagi. Tapi, semua gak sesuai harap. Si cewek tidak muncul-muncul. Ke mana yah doi? Masalahnya si Jack belum tahu siapa namanya. Tapi, tidak masalah. Jack yakin bakal ketemu cewek unyu itu lagi. Dia janji suatu saat bakal kenalan. Selebihnya mungkin jadian.


Semarang, 6 Maret 2014
Mohammed Bagus Dwianto a.k.a King Adot

Minggu, 23 Februari 2014

Kesal



Rintik hujan di malam hari
Menghantar bayangmu ke hati yang sepi ini
Tapi dia melarang, sakitnya gak kepalang

Harusnya kau sadar, mestinya kau peka
Hati ini sepi, dia menangis
Apa memang harus begini ?

Muailah otak
Gerumuti segala berontak....

Senin, 06 Januari 2014

She is mine


Sore ini agak mendung dan sejuk. Jack yang biasa duduk di halaman kampus setelah bubar kelas duduk di bawah pohon besar sambil membaca buku yang selalu ia bawa. Luas halamannya kurang lebih setengah lapangan bola. Cukup besar. Diisi bangku-bangku yang terbuat dari batu, dikelilingi pepohonan besar lebat yang membuat suasana sejuk dan asri. Di tengahnya terdapat danau kecil tempat para ikan berhabitat dan para angsa berwek-wek ria.

Jack merasa senang karena cuaca sore ini cukup mendukung untuk bersantai sejenak. Dia duduk di sebuah batu panjang yang berada tepat di sisi danau. Di sekelilingnya, terdapat mahasiswa-mahasiswi yang ikut bersantai juga, berkumpul dan bercanda dengan teman-temannya, atau mereka yang berduaan dengan kekasihnya. Cukup ramai tapi tenteram.

Jack mengambil sebuah novel yang berjudul “Langitpun kan Ku Belah” dari tas gendongnya yang hitam sedikit bergaris putih. Jack tersenyum sedikit. Senang. Inilah yang ia tunggu; membaca novel favoritnya. Jack memang gemar membaca. Apapun ia baca, terutama novel. Ditariknya nafas dalam-dalam, dikeluarkan melalui mulut dengan cepat, lalu ia mulai membaca.

Langit semakin kemari kian menggelap, menghantarkan angin yang berhembus dingin, membuat bulu kuduk Jack merinding, Jack tetap membaca novelnya dengan serius. Tak lama kemudian, terdengar langkah yang menuju ke arahnya. Suaranya makin kemari makin mendekat. Jack yang sedang serius membaca, terganggu dan penasaran dengan suara itu. Matanya beralih dari buku ke sumber langkah tersebut. Alisnya sedikit mulai naik. Apa yang dilihatnya ternyata sesosok wanita cantik yang berjalan kearahnya. Rambutnya hitam lebat sedikit bergelombang dan pirang, memakai kemeja putih lengan pendek, bawahannya memakai rok pendek bahan berwarna hitam, di lengannya tertenteng tas kulit cokelat, ditambah dengan sepatu hak silver keemasan yang membuatnya terlihat elegan dan jalannya terlihat seksi. Ternyata, itu Karin. Jack heran. Mau ke mana dia? Jack terus memperhatikannya. Jack bingung karena Karin berjalan di jalan yang mengarah ke tempat ia duduk. Semakin kemari Karin semakin mendekat. Tanpa diduga, tiba-tiba dia berhenti tepat di depan Jack. Memandang ke arah Jack. Disusul oleh senyumnya yang  manis.

“hai, Jack. Boleh aku duduk ?” izin Karin dengan manis.

Jack kaget. Mau apa Karin datang menemuinya. Tidak seperti biasanya. Dengan sopan Jack mempersilahkan Karin duduk. Menepuk halus tempat di sebelahnya yang kosong. Jack terus memandangi Karin. Melihat rambutnya yang bergelombang lebat sedikit keemasan, matanya yang bulat dengan pupil hitam agak kecokelatan, bibir yang tebal bak artis Hollywood Angelina Jolie, hidung yang mancung, pipi yang seksi, kulit yang putih nan bersih, ditambah badan yang seksi. Lengkap.

“Jack, aku suka ceritamu tadi. Sikap kamu itu loh yang optimis terhadap masa depan. Keren banget.” Puji Karin.

Mata Jack makin terbuka lebar. Dia tidak menyangka Karin akan memujinya.

Jadi begini, sebelumnya, Jack disuruh maju ke depan kelas oleh Pak Ira untuk menceritakan cita-citanya. Beliau adalah dosen Bahasa Indonesia. Jack menceritakan sebuah impiannya menjadi seorang pengusaha sukses. Jack seseorang yang optimis. Dia tidak mudah menyerah. Selalu berpikir positif terhadap sesuatu. Mungkin Karin sedikit suka kepadanya.

Jack terlahir di keluarga yang sederhana. Segalanya serba pas-pasan. Berbeda dengan Karin yang terlahir di keluarga konglomerat alias kaya raya. Setiap hari dia diantar-jemput supir pribadinya kemanapun dia pergi, termasuk ke kampus. Di kampus, dia menjadi primadona. Kecantikannya yang mempesona dan aduhai membuat cowok-cowok melotot tak berkedip dan berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Tapi, satupun belum ada yang dia suka. Semuanya sama, kalau tidak playboy, pasti matre.

“ah, nggak, Rin. Itu cuma cerita biasa. Cuma impianku semata” balas Jack dengan gerak gerik salah tingkah. Jack agak sedikit malu. Tidak biasanya dia berdekatan dengan cewek cantik. Ditambah dengan Karin yang memujinya. Tentu membuat Jack sedikit gugup.

“aku suka ceritamu, sangat menginspiratif, Jack. Aku tau kamu terlahir di keluarga yang sederhana. Tapi, dengan situasi seperti itu kamu tetap yakin dapat menggapainya. Itu sangat hebat, Jack.”

Jack bengong. Matanya terpaku lama ke arah mata Karin yang cokelat.Jack bingung, tapi sedikit agak senang. Siapa yang tidak senang dipuji oleh cewek secantik Karin, primadona kampus.

Tiba-tiba Karin hengkang dari tempat duduknya. Berdiri menghadap Jack sambil menenteng tas kulit cokelat yang ia bawa. Badannya membungkuk, mendekatkan bibir seksinya tepat ke sebelah telinga Jack.

“aku yakin, suatu saat kamu pasti bisa menggapainya.” Bisik Karin. Dia tersenyum manis ke arah Jack, lalu pergi meninggalkannya. Jack terdiam. Matanya terus memandang kearah Karin yang makin lama makin menghilang dari pandangannya. Dia bingung apa maksud dari semua ini. Apa ini hanya pujian biasa atau Karin yang mulai suka kepadanya? Tapi jujur, Jack sangat senang mendengarnya. Tak disangka Karin akan memujinya.





Malam ini adalah malam dimana Karin berulang tahun. Jack diundang datang ke rumahnya, merayakan pesta ulang tahunnya yang ke-20. Jack datang dengan motor kesayangannya. Sebuah motor besar hitam, tapi bukan motor mahal. Saat tiba di sana, Jack terpaku melihat rumah yang begitu besar. Pagar besi yang berdiri kokoh menjulang ke atas bagaikan benteng sebuah istana yang sulit untuk diruntuhkan. Sangat mengejutkan. Mobil-mobil mewah yang berjejer parkir di pinggir jalan. Mungkin mobil-mobil itu milik teman-teman Karin. Jack bingung. Apa pekerjaan orang tuanya sehingga rumahnya bisa sebesar ini. Jack segera merapikan baju, celana, dan rambutnya. Dia memakai kemeja hitam, celana jeans biru dongker, dan sepatu converse all-star kesayangannya. Tidak terlalu resmi, tapi sopan. Di tangannya tergenggam sebuah kotak kecil berukuran 10x10 cm yang akan ia berikan untuk Karin sebagai kado ulang tahunnya. Bukan kado mahal, tapi Jack yakin Karin akan menyukainya.

Tak lama kemudian security datang menghampiri Jack, mempersilahkan Jack untuk masuk. Badannya tinggi besar. Memakai seragam berwarna putih lengkap dengan topi yang bertuliskan security. “temannya Karin, yah ? Silahkan, Pestanya di halaman belakang. Langsung saja masuk, lurus terus belok kiri” jelas si security sambil menunjuk arah dan jalan yang harus Jack lalui. Dengan langkah pelan sambil melihat-lihat kanan-kirinya (terpukau dengan keindahan rumah Karin). Di sudut sana Jack melihat kolam renang yang dihiasi lilin-lilin yang mengambang diatasnya. Lampu remang-remang berwarna-warni membuat suasana menjadi romantis. Ditambah DJ yang ikut menyemarakkan kemeriahan pesta ulang tahunnya. Jack disambut oleh Johnson, teman Karin sekaligus teman Jack juga. Tapi, dia sombong. Jack tidak menyukainya. Badan dia tinggi besar, tampan, dengan rambut cepak di pinggir dan sedikit tebal dibagian atas, sedikit berjambul dan cool, ditambah dengan laganya yang super belagu. Johnson menyukai Karin dan sudah menyatakan cintanya berkali-kali. Tapi, Karin terus menolak. Dia tidak menyukai Johnson, walaupun dia tampan dan kaya. Baginya itu hanya hal biasa. Karin bukan cewek matre. Dia suka cowok yang hebat, pintar, dan rajin. Bukan seperti Johnson yang setiap harinya menggodai cewek-cewek di kampus. Memamerkan kekayaan dan mobil-mobilnya. Bagi Karin, tidak ada yang bisa dibanggakan dari dia. Karena semua hasil orang tuanya, bukan hasilnya.

“lihat siapa yang datang! hahaha.” teriak Johnson sambil menunjuk dan tertawa ke arah Jack. “Jack..Jack..Jack..untuk apa kau datang kemari, Jack ?" sambil menepuk bahu Jack "di sini bukan tempatmu. Kau tidak pantas berada di sini. Karin dan tamunya adalah orang-orang yang saaangat kaya. Bukan sepertimu, Jack. Kau terlahir di keluarga miskin....hahaha. Sudah sana, kau tidak layak bergabung dengan kami.” cetus Johnson dengan sombongnya. Tiba-tiba Karin muncul dari belakang Johnson. Jack kaget melihatnya. Dia sangat cantik. Memakai gaun panjang berwarna merah. Ditambah dengan mahkota mawar merah di kepalanya, membuatnya terlihat seperti putri seorang raja. Karin menanyakan apa yang sedang terjadi. Jack diam terpaku ke arah Karin. Kemudian melihat kembali ke arah Johnson. Jack sudah terlanjur sakit hati oleh omongannya. Dia pikir lebih baik langsung pulang saja, dari pada di sini, dia akan jadi bahan cacian. Jack mengambil tangan kanan Karin dari sebelah pinggangnya, menuntunnya untuk mengambil kotak kecil dari tangan Jack. “ini untukmu. Selamat ulang tahun. Aku gak bisa lama-lama di sini, sekarang juga harus pulang. Jangan tanya kenapa, tanyakan saja pada Johnson, yah.” Jack langsung berbalik badan pergi meninggalkan Karin dan pestanya. Karin bingung dan kaget. Dia tidak tahu apa yang terjadi antara Jack dan Johnson. “tapi, Jack... Jack..... Jaaaaack!”. Karin berteriak memanggil Jack. Tapi, Jack tidak menoleh dan tetap berjalan pergi.





Keesokan harinya di kampus pukul 16.30 Jack kembali duduk di halaman tempat biasa dirinya bersantai menghilangkan penat. Disulutnya sebatang rokok yang ia beli pagi tadi. Dihisapnya dalam-dalam dan dikeluarkan melalui hidung dan mulut.

Tak lama kemudian ketika sedang bersantai, tiba-tiba Karin datang. Berdiri tepat di depan Jack menghadap ke arahnya.

Jack kaget dan heran atas kehadirannya. Dia mengira mungkin Karin ingin meminta maaf atas hal yang terjadi tadi malam di pesta ulang tahunnya.

Wajah Karin datar ke arah Jack. Kurang lebih 4 detik mereka saling pandang. Tak lama kemudian tiba-tiba Karin menyentuh kerah baju yang Jack pakai. Disusul ke rambutnya yang hitam gondrong. Dia merapikannya, dan tersenyum ke arah Jack. Bagaikan seorang ibu yang sedang mendandani anaknya yang hendak berangkat sekolah. Jack bingung apa yang dilakukan Karin. Kemudian Karin tersenyum kembali ke arah Jack, menyentuh pipi Jack dengan kedua tangannya. Jack terpaku ke arahnya, masih dalam keadaan bingung dan diam. Tanpa disuruh tiba-tiba Karin duduk di sebelah Jack. Jack masih terdiam, terus memandangi Karin dengan penuh kecurigaan. 

“maafkan aku atas kejadian semalam, Jack. Johnson memang seperti itu. aku harap kamu mengerti”.

Benarkan, dia ingin meminta maaf.

“gak apa-apa Rin. Aku gak marah. Lagipula apa yang dikatakan Johnson itu benar. Gak seharusnya aku berada di rumahmu”. Jawab Jack. Tangannya menggosok halus satu sama lain. Kepalanya menunduk dan sesekali menatap ke arah depan.

“sssstttttt.....” Dengan gesit tangan Karin mengelus pundak Jack.

“gak seharusnya kamu bicara seperti itu, Jack. Tuhanpun gak pernah membeda-bedakan mana yang kaya dan mana yang miskin. Apalagi Johnson. Dia gak punya hak. Ada yang ingin kukatakan!”.

“apa?” jawab Jack penasaran.

Mereka berdua terdiam dan saling tatap satu sama lain dengan serius. Jack penasaran dengan apa yang ingin Karin sampaikan. Apakah dia ingin bilang kalau dia suka dengan kado yang Jack berikan? Atau sama sekali tidak menyukainya? Ternyata, jauh dengan apa yang Jack pikirkan.

“aku suka kamu, Jack. Semenjak aku melihatmu. Aku melihat sosok yang baik, ramah, pintar, optimis, dan tidak sombong. Maukah kau menemaniku, Jack?” Jack terkejut atas apa yang Karin katakan. Matanya membesar dan melotot. Suasana yang sebelumnya sejuk berubah sedikit agak panas. Keduanya saling pandang satu sama lain. Jack bingung. Apa maksud dari semua ini? Mengapa Karin bisa suka padanya? Jack memang tampan. Tapi, dompetnya tidak tebal. Apa Karin bisa menerima dengan kondisi ekonomi Jack yang pas-pasan ?

“a..ap..pa maksud kamu, Rin ? aku nggak ngerti” Balas Jack tergagu-gagu.

“Aku gak tau harus mulai dari mana. Hati ini, Jack. Dia ini selalu berkata aku suka kamu. Ditambah, pada saat kamu bercerita di depan kelas. Cerita yang sangat jujur dan inspiratif. Aku melihat sosok pemimpin. Itu kamu, Jack.” Karin meraih tangan Jack. Menggenggamnya dengan lembut. “Lihatlah mata ini, Jack. Dia serius, nggak main-main. Jadilah pacarku, Jack”.

“ta..tapi Rin” Tak bisa menahan dengan apa yang Jack rasakan juga, Jack langsung mencurahkan apa yang selama ini dipendam di dalam hatinya juga. Jack juga suka dengan Karin, sudah lumayan lama. Namun, dia tidak berani mengatakannya. Dia sadar akan ekonominya. Dia takut Karin akan menolaknya.

“Oke. Aku jujur. Semenjak aku melihatmu aku juga suka. Siapa sih yang gak suka kamu. Kamu yang cantik, baik, gak sombong. Tapi, Rin, kamu harus paham ekonomiku. Kamu kaya, aku nggak. Apa kamu sanggup me............” tiba-tiba Karin memotong pembicaraan Jack lewat bibirnya, menyambar bibir Jack. Jack kaget. Jantungnya seketika berdetak kencang. Matanya melebar. Beda dengan Karin yang menutup matanya. Merasakan bibir Jack yang hangat. Jack masih dalam situasi syok. Kaget dengan yang Karin lakukan. Lama-kelamaan Jack pun terpengaruh suasana. Sedikit demi sedikit membalas kecupan Karin. Memiringkan kepalanya ke kanan dan ke kiri berganti posisi. Mempertemukan lidahnya satu sama lain. Tangan kiri Karin menyentuh pipi jack. Ciuman yang menggairahkan. Keduanya terlihat sangat menikmatinya. Ciuman itulah yang tidak pernah bisa dilupakan Jack. Ciuman hangat dari sosok wanita cantik yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Setelah ciumannya berakhir, mereka saling pandang. Jack terpaku dan terheran-heran oleh Karin yang tiba-tiba menciumnya. Karin terlihat serius menatap Jack. Menatap dari kedua bola matanya yang hitam agak kecokelatan. Pipinya memerah. Tangan kirinya masih hinggap di pipi Jack.

“apa maksud dari semua ini ?” tanya Jack heran.

“apa kamu merasakannya ? lihatlah mataku, Jack. Aku tidak pernah memandang seseorang dari ekonominya. Hebat, baik, bertanggung jawab, tekun, dan optimis itu segalanya bagiku. Aku memandang uang sebagai hasil, bukan penyebab. Pimpinlah aku, Jack.” jelas Karin dengan suara yang sedikit agak serak. Wajahnya memelas.

Jack kaget atas apa yang telah Karin katakan. Dia merasa ini semua hanyalah mimpi. Tapi tidak, ini benar. Jack terdiam. Menatap Karin dengan serius. Tak disangka, masih ada cewek cantik dan sekaya Karin yang tidak memandang uang. Dengan cinta dan kasih sayang yang tulus, saling mendukung, dan saling mengisi satu sama lain dia yakin hidupnya akan tenteram. Dari situlah uang akan mereka hasilkan. Bukan karena uangnya, tapi karena cintanya. Karena baginya, uang adalah hasil, bukan penyebab.


Semarang, 6 Januari 2014
Mohammed Bagus Dwianto a.k.a King Adot